Rabu, 18 Juni 2014


Konsep Pendekatan Scientific dalam Kurikulum 2013


Pada penerapan (implementasi Kurikulum 2013) di lapangan (baca: sekolah), guru salah satunya harus menggunakan pendekatan ilmiah (scientific), karena pendekatan ini lebih efektif hasilnya dibandingkan pendekatan tradisional.

Kriteria Pendekatan Scientific (Pendekatan Ilmiah)

Lalu bagaimanakah kriteria sebuah pendekatan pembelajaran sehingga dapat dikatakan sebagai pendekatan ilmiah atau pendekatan scientific? Berikut ini tujuah (7) kriteria sebuah pendekatan pembelajaran dapat dikatakan sebagai pembelajaran scientific, yaitu:
  1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
  2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
  3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
  4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.
  5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.
  6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
  7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

Langkah-Langkah Pembelajaran pada Pendekatan Scientific (Pendekatan Ilmiah)

pendekatan scientific dan 3 ranah yang disentuh
pendekatan scientific dan 3 ranah yang disentuh
Proses pembelajaran yanag mengimplementasikan pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Dengan proses pembelajaran yang demikian maka diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Perhatikan diagram berikut.
Adapun penjelasan dari diagram pendekatan pembelajaran scientific (pendekatan ilmiah) dengan menyentuh ketiga ranah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
  • Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.”
  • Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.
  • Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.”
  • Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik  (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
  • Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.
  • Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud  meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran scientific meliputi:
Langkah-langkah pendekatan scientific
Langkah-langkah pendekatan scientific

PENGETAHUAN METAKOGNITIF (Istilah Baru Dalam Kurikulum 2013)

Kalau kita menyimak secara jeli draft kurikulum 2013, banyak ditemukan hal-hal baru. Salah satunya adalah pengetahuan metakognitif. Dalam kurikulum Kompetensi Berbasis Kompetensi (KBK) sebelumnya dikenal empat jenis pengetahuan yaitu fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Tetapi dalam draft kurikulum 2013, pengetahuan prinsip tidak tercantum dan malah muncul pengetahuan metakognitif.
 
Pengertian Pengetahuan Metakognitif
Metakognitif merupakan bagian dari memonitor diri terhadap pengetahuan pribadi. Monitoring mengacu pada cara guru mengevaluasi apa yang telah kita ketahui dan belum kita ketahui. Proses-proses yang terlibat dalam monitoring tersebut meliputi:
1)      Pertimbangan permudahan belajar (easy of learning judgements)
2)      Pertimbangan perasaan mengetahui (feeling of knowing judgements)
3)      Pertimbangan hasil pembelajaran (judgements of goal learning)
4)      Keyakinan terhadap jawaban-jawaban yang diingat (confidence of retrived answered)
 
Pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan tentang kognisi secara umum dan kesadaran akan serta penetahuan tentang kognisi diri sendiri. Pengetahuan metakognitif meliputi penegetahuan umum yang dapat diapakai untuk beragam tugas, kondisi-kondisi yang memungkinkan pemakaian stretegi, tingkat efektivitas stretegi, dan pengetahuan diri (self-knowledge). Siswa yang memiliki pengetahuan kognitif berarti mengetahui bermacam-macam strategi untuk menyelesaikan tugas-tugas belajarnya. Misalnya siswa diberi tugas membaca. Siswa yang mempunyai pengetahuan metakognitif mengetahui bermacam-macam strategi untuk memonitor dan mengecek pemahaman mereka saat membaca. Siswa juga mengetahui kekuatan dan kelemahan mereka dalam membaca serta mengetahui motivasi mereka untuk menyelesaikan tugas membaca tersebut.
 
Contoh lain, misalnya siswa akan menghadapi ulangan dalam bentuk tes pilihan ganda. Siswa yang mengetahui pengetahuan metakognitif, mengetahui bahwa untuk menyelesaikan soal pilihan ganda, mereka hanya perlu menegenali jawaban yang tepat dan tidak perlu mengingat kembali informasi secara rinci seperti yang dibutuhkan dalam soal uraian. Pengertahuan kognitif ini akan mempengaruhi persiapan siswa tersebut dalam menghadapi ulanagn harian.
Jenis-Jenis Pengetahuan Metakognitif
Anderson dan Kratwohl mengklasifikasikan pengetahuan metakognitif menjadi tiga jenis yaitu:
1)      Pengetahuan strategis
Pengetahuan strategis adalah penegtahuan tentang strtegi-strategi belajar dan berpikir serta pemecahan masalah.
Contohnya:
a.  Pegetahuan tentang mengulang-ulang informasi merupakan salah satu cara unuk menanamkan informasi
b. Pengetahuan bahwa beraneka strategi mnemonic mempermudah mengahafal (misalnya untuk menghafal warna pelangi: merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu menggunakan akronim “mejikuhibiniu”)
c.  Pengetahuan tentang berbagai strategi elaborasi sperti memparafrase dan merangkum
d. Pengetahuan tentang berbagai strategi pengorganisasian seperti menuliskan garis-garis besar dan menggambar diagram
e.  Pengetahuan untuk mererncanakan strategi seperti  merumuskan tujuan membaca, pengetahuan tentang strategi-strategi pemahaman dan pemonitoran seperti mengetes diri sendiri dan mengajukan pertanayaan kepada diri sendiri.
 
2)      Pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif
Pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif adalah pengetahuan tentang kapan menggunakan strategi belajar, berpikir, dan pemecahan masalah pada kondisi dan konteks yang tepat.
Contohnya:
a.  Pengetahuan baha tugas mengingat kembali (misalnya soal jawaban singkat) berbeda dengan tugas mengenali (misalnya soal pilihan ganda)
b.   Pengetahuan bahwa buku sumber lebih sulit dipahami daripada buku teks atau buku populer
c. Pengetahuan bahwa buku strategi elaborasi seperti memparafrase dan mernagkum dapat membuahkan pemahaman yang mendalam
d.   Pengetahuan tentang norma-norma sosial, lokal dan umum, konvensional dan kultural untuk bagaimana, kapan, dan mengapa menerapkan strategi tertentu.
3)      Pengetahuan diri
Pengetahuan diri adalah pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri
Contohnya:
  1. Pengetahuan bahwa dirinya mempuyai pengetahuan yang mendalam pada satu bidang, tetapi tidak mendalam pada sebagian bidang yang lain.
  2. Pengetahuan bahwa dirinya cenderung mengandalkan strategi kognitif tertentu dalam situasi tertentu
  3. Pengetahuan yang akurat tentang kemampuan sendiri untuk menyelesaikan tugas tertentu
  4. Pengetahuan tentang minat pribadi pada tugas tertentu
  5. Pengetahuan tentang keputusan pribadi tentang manfaat suatu tugas
Penutup
Sebagai guru, memahami jenis-jenis pengetahuan metakognitif adalah penting. Tetapi lebih penting lagi adalah mengajarkan pengetahuan ini kepada peserta didik mengingat banyak siswa masih sangat lemah dalam pengusaan pengetahuan metakognitif ini. Pengetahuan metakognitif juga bermanfaat bagi siswa yang melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau terjun ke masyarakat. Karena dengan pengetahuan metakognitif, mereka mempunyai bekal untuk menghadapi dan memecahkan masalah-masalah yang dijumpainya.